Cerita Sex Permainan Liar Majikanku Tak Dapat Ku Imbangi
MalamMalamEnak | Memang sudah waktunya aku berpindah rumah sendiri dan berpisah dari mertuaku. Aku dan istriku merasa sudah siap mental untuk tinggal sendiri. Aku dan istriku memutuskan untuk tinggal dirumah sendiri karena kami merasa sudah cukup mendapat pelajaran tentang bagaimana berumah tangga dari ibu mertuaku tentunya juga soal Sex. Sebelumnya aku pernah melakukan hubungan Sex sekali dengan mertuaku, dan kejaian itu cukup sekali saja. Aku tdk mengulang perbuatanku karena aku takut kalau aku ketagihan, seperti halnya kejadian aku dengan Mbak Nita dan Lina (kakak kandung istriku). Bacan4D
Tapi kejadian skandal dengan mertua dan ke 2 kakak istriku itu terjaga dengan aman sampai sekarang. Sebenarnya aku diam-diam bangga terhadap diriku, benar-benar lincah sekali aku bisa meniduri 4 wanita dalam satu keluarga, Sungguh skandal yg menurutku sangat luar biasa dan extreme. Sebenarnya skandal Sex-ku tdk berhenti disini saja, naluriku berkata untuk terus melangsungkan skandal Sex di dalam rumahku. Jujur saja aku tdk punya mental untuk melakukan skandal dengan wanita lain belum aku kenal dengan baik. Mungkin pada dasarnya aku adalah suami yg baik dan menurutku aku tdk memiliki daya tarik Sexual yg dari tubuh maupun wajahku. Baygkan saja tinggi badanku cuma 164 cm, terlalu pendekan untuk kaum pria.
Baca Juga -> Cerita Sex Nikmatnya Permainan Dari Teman Putriku
Wajahku yang biasa-biasa saja, dankulit tubuhku pun sawo matang. Intinya tdk ada yg bisa aku banggakanlah dari segi fisik. Sangat jarang sekali para wanita tertarik secara fisik kepadaku. Tapi aku mempunyai satu kelebihan sih, yaitu aku pria yg humoris. Baiklah aku akan memulai yg aku cerita skandalku dengan pembantu wanita di rumahku. Kami sering sekali berganti asisten rumah tangga, asisten rumah tangga dirumahku kebanyakan bisa bertahan hanay satu tahun saja, entah mengapa mereka seperti itu. Mungkin saja mereka tdk cocok dengan sifat istriku yg peniam sehingga terkesan galak atau mungkin saja mereka malas mengasuh anakku. Tapi yasudahlah.
Dari seringnya pergantian asisten rumah tangga inilah yg membuka kesemptan untuk aku melakukan skandal dengan pembantuku yg bernama Minah. Usia Minah saat itu tepat 17 tahun. Ia kami peroleh dari sebuah sebuah yayasan penyalur asisten rumah tangga. Saat itu istriku sedang memilih-milih asisten rumah tangga yg ditawarkan pengelola yayasan. Pada saat itu aku menunggu di ruang tunggu dengan anakku. Yang namanya anak kecil jelas nggk bisa diem dong ya, maklum saja karena anakku baru bisa berjalan. Saat ia melihat Ibunya anakku berlari ke arahnya. Ketiak itu ibunya akan menangkapnya, tetapi keburu didahului seorang wanita dari salah satu asisten rumah tangga disitu. Lalu wanita itu mengangkat anakku menimangnya. Anakku kelihatan senang. Aku dan istriku sejenak diam, lalu aku lihat istriku berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istriku menghampiriku, dan
“ Pah gimana kalau ia saja, nampaknya dia bisa mengasuh anak kecil deh ? ” tanyanya.
Sejenak aku berfikir, nampaknya dialah yg cocok untuk menjadi asisten rumah tangga kami. Kami memang butuh asisten rumah tangga yg sabar mengasuh anak. Maklum aku dan istriku adalah pekerja, sehingga tanggung jawab anak sepenuhnya kami serahkan kepada pembantu. Tetapi melihat fisik gadis itu, aku ragu. Rupanya istriku tahu apa yg ada dalam fikiranku. Dalam fikiranku gadis itu sebenarnya tidak layak bila menjadi asisten rumah tangga. Karena ia terlalu cantik sebagai asisten rumah tangga. Kulit tubuhnyanya yang putih bersih dtambah lagi ia tinggi semampai, ramah, periang dan Wow payudaranya sangat besar dan kencang. Seketika istriku memecah lamunanku, dan,
“ Ia saja ya Pah ? ” ucap istriku mendesak padaku,
“ Tuh pah si Amel lengket banget tuh sama dia. ” sambung istriku lagi,
“ iya deh kalau Mamah pinginya dia, papah nurut saja sama Mamah “ jawabku
Akhirnya gadis bernama Minah itu kami ambil. Inilah sebenarnya kekeliruan istriku. Maaf, pembaca. Pembantu aku ini setingkat lebih cantik dibanding istriku sendiri. Benar-benar membingungkan kan. Bahkan para tetangga kami tadinya tdk percaya kalau itu pembantuku. Mereka mengira ia keluarga kami. Reaksi saudara-saudara istriku pun negatif. Mereka keberatan dengan pembantu secantik itu. Apalagi Minah benar-benar ramah luar biasa. Ia juga cenderung cerdas meskipun hanya lulusan SMP. Ibu mertuaku bahkan marah-marah pada istriku dan meminta aku mengganti pembantu. Istriku memberi penjelasan tetang bagaimana Minah pintar merawat Amel. Penjelasan ini tdk bisa diterima ibu mertuaku.
Aku menduga keberatan itu karena ibu khawatir akan terjadi sesuatu antara menatunya dengan Minah. Beliau kan contoh nyata. Tapi istriku bersikukuh, bahkan ketika ibu mengancam tdk akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu. Apa yg dikhawatirkan ibu memang beralasan. Aku benar-benar tergoda oleh semua yg ada dalam diri Minah. Aku kagum sekali dengan kecantikan, kebersihan kulitnya, payudaranya, dan keramahannya. 2 bulan sejak ia ikut kami, aku sudah mulai punya pikiran kotor. Aku mulai mencari cara untuk bisa meniduri Minah. Maukah ia? Istriku sama sekali tdk mencurigai aku. Baginya aku adalah pria yg culun dan setia. Dunia aku hanya duania kantor dan rumah. Setiap kali ia menghubungi aku, ya aku hanya di kantor atau di rumah. Itulah yg membuatnya merasa tenteram, tdk menaruh curiga apa-apa.
Serangan terhadap Minah aku lakukan pada suatu malam ketika istriku keluar kota. Birahi aku muncul sejak siang. Istriku berpesan kepada Minah supaya kalau malam Amel tidur dengan ia. Soalnya istriku paham betul tabiat aku kalau tidur malam. Susah bangun sekalipun anak menangis keras di sisi aku. Sejak sore Amel bersama aku, bercengkerama di depan televisi, lalu tertidur sekitar jam 20.00, ketika itu aku tiduran di sebelahnya sambil nonton televisi. Tapi sebenarnya pikiran aku sedang kacau oleh birahi dan keinginan untuk menikmati tubuh Minah. Payudara gadis itu benar-benar sangat menggoda aku.
Seperti apa rupanya payudara besar seorang gadis? Aku ingin meremas-remasnya, ingin mengulum dan menjilatinya. Aku telah memasang perangkap sejak sore. Tapi tdk ada reaksi apa-apa. Aku tiduran dengan berbalut sarung, tanpa baju. Hanya celana dalam saja. Jam 20.30 Minah meminta Amel untuk dibawa ke kamarnya. Aku pura-pura menolaknya.
“ Sudah biar tidur sama aku saja, ” kata aku.
“ Nanti dimarahin Ibu. Katanya Bapak kalau tidur.. ”
“ Ahh sudahlah, ” aku memotongnya.
“ Nanti saja, aku masih pingin di dekat Amel, ” sahut aku.
“ Aku sudah mengantuk, Bapak. ”
Aku iam saja. Gadis itu mengenakan kaos denga rok span di atas lutut. Ia duduk melipat lutut di sebelah Amel. Rambutnya tergerai sebahu. Hmm. Sepasang pahanya yg putih tersembul dari roknya.
“ Sudah kamu tiduran di situ dulu nanti kalau sudah waktunya aku bangunin terus kamu bawa Amel ke kamarmu, ” kata aku.
Perangkap aku pasang. Ia tampak ragu dan bingung.
“ Sana ambil bantal kamu! ” perintah aku.
Ia beranjak. Sebentar kemudian datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Ia rebahkan tubuhnya di sisi Amel. Ia balut tubuhnya dengan selimut. Tenggorokan aku seperti tersekat. Kering. Haus rasanya. Aku tidur dengan Minah hanya dibatasi si kecil Amel. Minah mencoba memejamkan mata. Sesekali melirik ke arah televisi. Lalu aku tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya. Rupanya ia tahu aku memandangi. Sekilas ia memandang aku, lalu memejamkan mata.
Aku memandangi terus. Semakin kagum, dan semakin panas dingin tubuh aku. Kejantanankuku sudah tegang sejak tadi. Aku bingung bagaimana mengawali. Maukah Minah menerima aku? Kalau ia melawan? Kalau berteriak-teriak? Kalau besok minta keluar? Pikiran aku mulai kacau. Antara berani dan tdk. Aku mencoba tersenyum kepadanya ketika ia melirik aku. Ia tak bereaksi. Tampaknya ia tahu apa yg berkecamuk dalam benak aku. Aku memanggil namanya pelan. Ia membuka matanya.
“ Kamu cantik sekali. ” Ia terbelalak dan merapatkan selimutnya.
Aku terus memandanginya. Lalu aku lihat ia tersenyum tipis.
“ Kamu cantik sekali, ” kata aku lagi.
Wajahnya merah. Timbul keberanian aku. Aku mencoba meraih jemarinya yg tersembul dari selimut. Ia kaget dan menariknya. Aku hentikan serangan aku. Sesaat kemudian aku coba raih helai-helai rambutnya. Aku elus kepalanya. Ia iam. Aku makin berani.
“ Kamu pernah punya pacar? ”
“ Sudah ahh Bapak. Nggak boleh gitu, ” katanya.
Amel bergerak-erak seperti mau bangun. Minah mencoba menengkan dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu aku gunakan untuk meraih tangannya. Aku gengam. Ia iam, hanya matanya yg lurus ke arah mata aku. Aku cium tangan itu. Kejantananku aku makin tegang. Aku ciumi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada rekasi. Aku makin berani. Secepat kilat aku bergeser tempat. Kali ini di belakanganya.
“ Bapak jangan gitu, ahh, ” ia menepis tangan aku yg mencoba memeluknya.
“ Kenapa? ”
“ Nggak boleh. Nanti dimarahin Ibu. ”
“ Kan Ibu nggak ada? ”
“ Nanti dibilangin sama Adik. Dik Amel, besok bilangin ke mama, Papa nakal ya? ” Minah berbicara pelan kepada Amel.
Aku tersenyum dan kembali memeluknya. Kali ini ia iam. Aku merapatkan badan kepadanya. Aku gesek-gesekkan kejantananku aku ke tubuhnya. Ia menggelinjang sebentar, dan berusaha menjauh, tapi tubuhnya terantuk tubuh kecil Amel. Aku makin beringas. Aku buka selimutnya. Aku usap kakinya. Ke atas, di paha. Ia mendesis dan berusaha menghindar.
“ Aku tidur di kamar saja pak ya ?? ” ucapnya,
Ia mencoba bangkit tapi aku menahannya.
“ Jangan Minah kamu disini saja ” tahanku,
“ Habis bapak nakal sih, kan saya jadi nggak enak pak ” jawab minah lagi,
Aku menghentikan aksi. Sesaat kemudian hanya tangan aku yg aku taruh di pingangnya. Ia pun hanya diam saja. Lalu aku kembali memeluknya, tepatnya mendekap ia. Lalu aku gesek-gesekan pelan tangan aku di bagian perutnya. Ia tak bereaksi. Aku terus berusaha memberi rangsangan dengan menyusupkan jari aku ke kulit perutnya. Tampaknya berhasil. Ia mendesis. Tak ada perlawanan. Tangan aku merayap pelan ke atas sampai terentuh dinding yg sangat tebal. Payudara yg luar biasa besarnya. Benar-benar baru kali ini aku liat payudara sebesar ini.
Aku sentuh pelan-pelan. Aku takut ia menolaknya. Tapi tdk ada reaksi. Baru ketika aku pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Ia melenguh. Aku makin kalap. Remasan makin keras, dan menyelusuplah tangan aku ke dalam BH-nya. Tersentuh dagihg kenyal. Aku raba, aku remas. Minah menggelinjang. Tangannya mencengkeram tangan aku. Aku mulai menaiki tubuhnya. Sarung aku lepas. Aku hanya bercelana dalam. Minah memejamkan mata.
Aku cium bibirnya dengan tangan aku tetap meremas-remas payudara besarnya. Tanpa aku duga, ia membalas ciuman aku. Bakan menghisap lidah aku dengan rakus. Bibir aku bergerak turun ke leher. Selimut telah lepas dari tubuhnya. Aku singkap kaosnya, dan akhirnya, aku lihat kutang itu terlalu kecil untuk payudaranya yg super besar. Hanya dengan sekali geser. Putingnya telah tersembul. Aku cium puting itu. Aku hisap, dan aku gelitik. Ia meronta-ronta. Tangannya memeluk aku erat-erat. Lalu aku cium lagi bibirnya.
“ Kamu pernah melakukan dengan cowok? ” bisikku sambil memainkan lidah di telinganya.
“ Belum pernah Pak ” jawabnya,
Tangan aku bergerak ke bawah, ke celah celana dalamnya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yg telah basah. Minah mencengkeram kepala aku, lalu menariknya. Ia mencium bibir aku. Melumatnya. Lidah aku disedot dengan hebatnya. Aku permainkan tangan di bawah, menyusuri sepasang bibir vagina. Kadang memutar-mutar di ujung bibir. Ketika mencoba masuk ke sebuah lubang, aku tahu, gadis ini masih perawan.
Tangan Minah telah mengcook kejantananku aku. Mengocok dan meremas-remas dengan sangat kuatnya. Sakit. Persis seperti yg dilakukan Rosi, ipar aku di Taman KB malam itu. Aku buka celana dalam Minah, hingga pangkal kakinya, lalu ia menendang sendiri celana dalam itu, melayg ke dekat televisi. Ia juga menarik celana dalamku.
“ Kamu masih perawan Minah? ” tanyaku.
Ia pun hanya mengangguk sembari terus mengocok kejantananku. Kocokan masih kasar, maklum saja dia masih amatir, hhe…
“ Kamu mau aku masukkan ini aku? ” aku memegang tangannya yg sedang mengocok kejantananku.
Ia mengangguk. Tapi aku takut. Aku tak berani megambil keperawanannya. Biar bagaimana aku masih punya rasa kasihan. Tak tega aku. Benar-tbenar tak tega. Tapi nafsu telah menguasai kami.
“ Aku ciumin saja ya? ” Ia mengangguk-angguk.
Aku membalikkan tubuh aku, mengangkat kedua pahanya yg padat. Memeknya disinari cahaya televisi. Aku mulai menjilati. Meskipun tercium aroma yg tdk enak, aku tdk mempedulikan. Aku terus menjilatinya. Minah mengerang-erang. Aku coba menaruh kejantananku aku di depan mulutnya. Tapi ia hanya meremas dan mengocoknya. Ketika lidah aku makin beringas menjilati memeknya, barulah ia memasukkan kejantananku aku di mulutnya. Aku sibakkan bibir memeknya. Aku jilat-jilat isinya, jari tengah aku mencoba menusuk pelan. Minah mengangkat pantatnya. Mulutnya menghisap-hisap kejantanankuku. Terdengar bunyi sangat keras. Amelpun masih pulas tanpa terganggu perang di sebelahnya.
Ketika aku merasa hendak ejakulasi, aku tarik kejantananku aku. Aku ingin sperma aku jatuh di luar mulutnya. Serentak dengan itu aku mengulum kelentit. Minah menarik pinggul aku dan menghisap kuat kejantananku aku. Srtt srrtt Sperma aku pu terpancar. Minah berusaha mendorong keluar tubuh aku. Tapi kali ini aku justru menekannya. Aku tdk ingin kejantananku aku lepas dari mulutnya. Seluruh mani aku telah keluar. Sebagian telah masuk ke dalam kerongkongan Minah. Ia tampak muntah-muntah. Suaranya sangat keras. Aku jadi ketakutan. Ia menampung muntahan dengan selimutnya. Aku menjadi iba. Aku pijat-pijat tengkuknya. Beberapa saat kemudian ia mulai tenang. Aku ambilkan air, dan di meminumnya.Ia memukuli dadaku,
“ Bapak nakal. Bapak nakal. ” Aku lega.
“ Tapi kamu masih utuh kan? Kamu tdk kehilangan mahkotamu, kamu tdk akan hamil. ” rayuku,
Ia tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi. Aku puas. Benar-benar puas.Skandal dengan Minah aku ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan terbuka. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tdk hanya ketika istriku serang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri kerja dan aku pulang iam-iam. Bedanya, Minah tak lagi mau membuka celana dalamnya. Ia bersedia mengulum kejantanankuku. Jadi aku hanya berhak atas bibir dan payudara. Bagi aku itu lebih dari cukup. Aku memang tdk menginginkan memek Minah. Biarlah itu menjadi milik suaminya kelak.
Suatu saat, entah karena apa, istriku meminta Minah keluar. Minah sangat terpukul. Ia menangis sesenggukan. Aku juga kaget dan takut. Ada apa sebenarnya? Apakah istriku tahu yg terjadi antara aku dan Minah? Akhirnya istriku berterus terang, sebenarnya ia tak ingin Minah keluar. Tapi ibu mertuaku sangat masih sangat keberatan dengan keberadaan Minah dirumahku. Sebagai gantinya ibu mertuaku telah menyediakan pembantu. Seorang wanita yg buruk rupa. Hitam, dekil, dan udik. Kepada Minah istriku mencarikan kerja di sebuah toserba yg cukup besar. Ini berkat bantuan relasi istriku. Minah gembira bukan main meskipun sedih harus berpisah dengan Amel. Sejak itu aku tidak pernah bertemu Minah lagi. Aku berharap suatu saat bisa bertemu ketika Minah telah bersuami, dan mengulang apa yg pernah kami lakukan dahulu. Terima kasih Minah engkau telah memberikan segalanya untuk majikanmu ini. Selesai.
Tidak ada komentar